top of page

Tentang Melepaskan

  • Writer: Oriana Titisari
    Oriana Titisari
  • Aug 15, 2024
  • 2 min read

Hari ini saya kembali

ke tempat yang dulu melepas saya dengan penuh kenangan indah

dengan semua manusia-manusia baik yang saya sayangi

dengan semua jejak pendewasaan diri serta proses naik turunnya.


Saya selalu mengatakan bahwa Bali adalah Pulau para Pengungsi. Jika Pulau Buru menjadi tempat peristirahatan mereka yang dipaksa oleh rezim; maka Pulau Bali adalah tempat bagi mereka yang melarikan diri dari sesuatu... atau sekadar ingin memulai kembali.


Ia disebut The Island of Gods atau Pulau Dewata, karena Tuhan begitu baiknya menitipkan segala bentuk keindahan di setiap sudutnya. Mungkin karena itu banyak yang datang, berharap setiap langkahnya akan dilindungi para dewa.... karena nyatanya hampir setiap orang yang saya temui punya alur cerita yang sama. Tanpa rencana, dan lihat kemana angin membawa mereka. Yang berawal dari tempat persinggahan akhirnya menjadi tempat pulang, rumah.


Perjalanan saya kali ini menandai lima tahun sejak terakhir kali saya menyebut Bali rumah. Tanpa rencana, hanya ingin beristirahat sejenak. Ingin mengingat masa dimana saya masih utuh. Masih penuh mimpi. Masih bisa berlari bebas tanpa takut terjatuh karena ada sosok orang tua yang menjadi jaring pengaman. Masih bisa menampung complete stranger di kostan, penuh rasa percaya. Masih memberi tanpa perlu menerima. Masih bisa jatuh cinta.


Apakah ini pelarian? Jika iya, maka saya lari dari apa? Apakah tempat ini masih menjadi rumah? Masihkah ada wajah-wajah ramah yang dulu menerima saya apa adanya? Do I belong?


Nyatanya, Bali tidak semudah itu melepas saya. Tanpa perlu banyak usaha, saya kembali dalam rengkuhannya. Para Sahabat tetap hadir tanpa penghakiman; Makanan tetap terasa manisnya; Seni dan Budaya tetap menghangatkan jiwa; dan Jalan-jalan tempat dulu saya berusaha, kini seolah tersenyum dan menyapa.


Dua minggu lamanya, saya hidup untuk hari itu. Tanpa kecemasan akan ada orang yang memelintir kata-kata; tidak ada yang menunjuk jari di depan muka atas kesalahan yang ia rekayasa; tidak ada yang berkata manis sambil menusukkan sebilah pisau di tangannya; tidak ada yang mempertanyakan ketulusan seorang Oriana... karena pulau ini mengenal saya, baik dan buruknya.


Dua minggu pula, saya bak dihantam insirasi. Kreativitas mengalir deras, mulai dari tulisan sederhana hingga proyek VagTur yang lucu nan luar biasa. Kembali muncul keinginan untuk mencipta, untuk menunjukkan kepada dunia... inilah saya.


Saya menulis ini di pesawat, yang membawa saya kembali ke Jakarta. Yang saya bawa hanya kenangan, kedamaian dan kulit yang terkelupas bekas jemuran di Pantai Petitenget. Hadir pula api baru untuk mencipta, dan situs ini akan menjadi ruang saya untuk bercerita.


Bali atau Jakarta, Oriana akan terus menjadi Oriana. Mari berkenalan...



ree

Comments


RECENT POSTS

ARCHIVE

BE IN 
TOUCH

Magejibril Productions (findable on GMaps)

Tel +62818907089

© 2025 by Utopiar.

  • White Facebook Icon
bottom of page